Thursday, 12 April 2018
Sunday, 8 April 2018
MEMBANGUN CITRA MADRASAH
MEMBANGUN CITRA MADRASAH
Oleh
: DR. Bahruddin, M.Si
Ketua
Komite MTs. Negeri 1 Tangerang
Ketika sebuah lembaga pendidikan
berdiri, tentu “citra” (image) akan dibangun pula. Para pengelola Madrasah
akan menerbitkan brosur, memasang spanduk, menyelenggarakan acara promosi.
Semua itu tidak lain ditujukan untuk membangun citra. Dengan berbagai usaha dan
cara, keberadaan sekolah akan diperkenalkan kepada masyarakat dengan kesan
sebaik mungkin. Harapannya, usaha mempromosikan Madrasah itu akan mendapat respons
positif dari masyarakat.
Jika respon itu memang datang, maka
akan banyaklah siswa yang berminat masuk pada setiap tahun ajaran baru. Bila
memang demikian yang terjadi, sebenarnya pekerjaan yang lebih berat telah menunggu.
Pekerjaan itu adalah memelihara dan mempertahankan citra Madrasah.membangun
memang sulit, tetapi memelihara dan merawat bangunan jauh lebih sulit. Ini sama
saja dengan sulitnya membangun kepercayaan masyarakat di masa-masa awal. Maka,
upaya yang lebih keras harus dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan
tersebut.
Langkah efektif untuk mempertahankan
kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah kita adalah dengan membuktikan bahwa Madrasah
kita betul-betul berkualitas. Kualitas ini biasanya diukur dari kualitas
lulusannya. Apakah siswa kita memiliki aneka kelebihan dibanding siswa dari Madrasah
lain? Ataukah sama saja? Atau malah lebih buruh? Ini yang penting kelebihan
kualitas siswa itu dapat diukur bukan hanya dari kecerdasan akademiknya,
melainkan juga dari rasa percaya diri, keuletan, keberanian, dan kemandirian
siswa. Dari karakter-karakter unggul itulah prestasi tinggi kita harapkan
hadiri.
Salah satu kiat jitu untuk membangun
karakter unggul adalah dengan menekankan kepada semua guru, agar mendidik siswa
berdasarkan cinta, kasih, dan sayang. Jika semua guru telah mampu menunjukkan
cintanya kepada siswa, tentu kepercayaan para orang tua terhadap guru dan
Madrasah akan semakin bertambah. Sebagaimana telah disinggung, mendidik
berdasarkan cinta akan lebih memudahkan tercapainya prestasi demi prestasi.
Di
dalam pembelajaran, seorang guru idealnya mampu menciptakan suasana
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa aktif belajar untuk mendapatkan
pengetahuan (knowledge), menyerap dan memantulkan nilai-nilai tertentu (value),
dan terampil melakukan ketrampilan tertentu (skill). Pertanyaannya adalah
suasana pembelajaran seperti apakah itu?
Berdasarkan
pengalaman dan pengamatan, siswa akan dengan mudah untuk mengikuti pembelajaran
kalau pembelajaran berada dalam suasana yang menyenangkan. Dalam suasana yang
menyenangkan siswa akan bersemangat dan mudah menerima berbagai kebutuhan
belajar. Dalam suasana yang menyenangkan pula siswa akan mampu mengikuti dan
menangkap materi pelajaran yang sulit menjadi mudah. Singkatnya suasana yang
menyenangkan merupakan katalisator yang bisa mengefektifkan pembelajaran.
Untuk bisa
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, setidak-tidaknya ada 6
(enam) yang bisa dilakukan oleh guru.
Pertama,
ciptakan suasana ceria sejak awal membuka pelajaran. Suasana yang ceria
mendorong siswa untuk berani dan kreatif melakukan kegiatan-kegiatan
pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mendemontrasikan
ketrampilan, dan sebagainya. Ketika Anda memasuki ruang kelas, usahakan agar
wajah Anda tersenyum ramah dan selalu segar betapapun Anda sedang menghadapi
masalah. Setelah Anda mengucapkan salam, mulailah menyapa siswa dengan
menanyakan kabarnya atau secara spesifik menanyakan kesehatannya, dan
sebagainya. Jangan sekali-kali menunjukkan wajah serius apalagi cemberut karena
wajah yang demikian akan cepat sekali menyebar kepada siswa dan menciptakan
suasana kelas menjadi tegang. Jangan sekali-kali pula Anda marah-marah di awal
pembelajaran karena akan menghentikan psikologis siswa untuk belajar. Ingat
pesan iklan AXE, pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.
Kedua ,
di tengah-tengah pembelajaran, ciptakan humor-humor ringan yang menjadikan
seluruhnya tertawa. Kalau siswa bisa tertawa itu berarti Anda telah membantu
menghilangkan sekat-sekat psikolgosi yang bisa menghambat pembelajaran, seperti
malu, takut, tertekan, dan semacamnya. Secara fisik tertawa juga akan
mengendorkan otot-otot penting yang berhubungan dengan sel-sel otak. Tertawa
bisa menjadikan otak kita segar dan sehat. Namun demikian, sebaiknya humor
tidak dilakukan secara kebablasan. Upayakan agar humor-humor yang ciptakan
berkaitan dengan materi yang sedang dipalajari, tetapi jika pun tidak, Anda
bisa melakukan rasionalisasi bagaimana agar humor tersebut berkaitan. Oleh
karena itu tidak ada salahnya kalau mulai sekarang Anda mengoleksi humor-humor
ringan, baik melalui membaca buku atau mengoleksinya dari para humoris.
Kalaupun Anda tidak memiliki cerita-cerita humor, Anda bisa memintanya dari
siswa. Saya yakin siswa memiliki segudang cerita-cerita lucu.
Ketiga ,
gunakan metode yang bervariasi. Pada umumnya guru sangat senang dengan
menggunakan metode ceramah, karena metode ini memang sangat mudah dilakukan.
Tetapi metode ini jika dilakukan terus-menerus tidak disukai siswa, apalagi
jika dilakukan pada jam-jam terakhir. Bayangkan, betapa lelahnya siswa kalau
setiap hari mendengarkan ceramah guru dari jam pertama masuk (biasanya berkisar
pukul 07.00) sampai guru yang mengajar di jam terakhir (berkisar pk. 13.00).
Bete kan??? Olah karena itu kalau mengajar upayakan agar tidak selalu
berceramah. Metode ceramah tetap penting untuk menjelaskan materi pelajaran,
apalagi cerita-cerita humor memang hanya bisa dilakukan dengan ceramah, tetapi
sesekali cobalah dengan metode lain, seperti diskusi, proyek, demontrasi,
jigsaw, dan sebagainya. Metode pembelaharan yang bervariasi sesungguhnya tidak
hanya menjadikan siswa senang, tetapi kita pun sebagai guru juga akan menikmati
mengajar. Kalau tidak percaya, coba saja!!!
Keempat ,
jangan hanya mengajarkan apa, tetapi juga ajarkan bagaimana atau dengan kata
lain jangan hanya teach to know tetapi jga harus teach to
learn. Kalau Anda mengajar Matematika Anda jangan hanya mengajarkan
materi geometeri atau aljabar, tetapi ajarkan pula bagaimana sih cara mudah
untuk berhitung cepat dan akurat. Kalau Anda mengajarkan majas dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, Anda juga harus mengajarkan trik-trik menghafal majas secara
mudah dan menyenangkan.
Menurut
saya, sebetulnya tidak ada siswa yang tidak pandai apalagi bodoh, yang ada
adalah siswa yang tidak mengerti bagaimana cara belajar yang tepat. Akibatnya
betapapun siswa belajar siang malam, siswa mendapat hasil yang kurang
memuaskan. Sekarang, saatnya siswa dilatih tidak hanya belajar keras atau
belajar giat, tetapi belajar cerdas. Nah, belajar cerdas akan bisa diwujudkan
kalau siswa diajarkan bagaimana cara mempelajari materi pelajaran secara tepat
(teach to learn).
Kelima ,
dorong agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Upayakan agar kelas tidak
hanya dikuasai oleh Anda tetapi menjadi milik bersama. Jika hanya Anda yang
aktif, yakinlah Anda akan kelelahan. Bayangkan seperti apa lelahnya kalau Anda
berceramah dari awal sampai akhir kira-kira 90 menit. Kalau dalam sehari Anda
punya jadwal di 4 kelas, maka dalam sehari akan dituntut bercemarah selama 360
menit atau 6 jam. Lelah bukan? Oleh karena itu untuk menghindari kelelahan
fisik, Anda bisa membagikan pekerjaan kepada siswa. Caranya adalah dengan
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Ketika Anda memahami teks bacaan, ajaklah
siswa untuk terlibat memahami. Berikan kesempatan kepada siswa untuk
menafsirkan bacaan tersebut. Ketika Anda menjelaskan suatu konsep ajaklah siswa
untuk menjelaskan. Berikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menjelaskan
konsep yang dimaksud.
Memang,
diperlukan sedikit waktu dan kesabaran, karena seringkali yang dilakukan siswa
tidak langsung seratus persen benar. Tetapi bukankah ketika Anda menjelaskan
sebuah konsep juga tidak secara otomatis siswa mampu menangkapnya seratus
persen sama?
Yang perlu diingat adalah jangan sekali-kali memberikan cap salah mutlak terhadap apa yang sudah diupayakan siswa walaupun kenyataannya demikian, karena akan mematahkan semangat mereka untuk terlibat. Demikian juga jangan memberikan cap yang tidak menguntungkan kepada siswa, seperti “kamu bodoh”, “kamu payah”, “kamu sulit untuk diajari” dan sebagainya.
Ketika Anda
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan disertai sikap sabar dan selalu
memotivasi, Anda sebetulnya sedang menghargai diri siswa dan sedang
mengeksplorasi potensi siswa. Sebaliknya ketika Anda tidak melibatkan siswa
sama saja Anda sedang menutup pintu-pintu motivasi dan pintu-pintu potensi
siswa yang sebetulnya bisa diaktualisasikan. Inilah yang sebetulnya mahal dalam
pendidikan kita.
Keenam ,
akhir setiap sesi pembelajaran dengan kalimat-kalimat yang memotivasi. Saya
pernah mengikuti suatu diskusi komite. Pada saat mengemukakan pendapat, seorang
anggota komite, sebut saja namanya Pak Joko, tiba-tiba mengakhiri pendapatnya
dengan kalimat-kalimat yang sangat memotivasi. Tuhan pasti akan memberikan
makanan kepada setiap burung, tetapi Tuhan tidak akan melemparkan makanan itu
ke sarangnya. Kalimat itu sangat berkesan, karena diungkapkan di akhir
pembicaraannya.
Nah,
pada saat mengajar tidak ada salahnya jika diakhiri dengan kalimat-kalimat yang
memotivasi. Anda bisa membuat sendiri rumusan
kalimat-kalimat motivasi tersebut atau bisa juga mengoleksinya dari buku-buku
motivasi. Kalimat-kalimat motivasi ini penting untuk merawat atau memelihara
semangat belajar siswa, bahkan juga merawat semangat kita untuk mengajar.
Berikut ini bisa saya kutipkan beberapa kalimat-kalimat yang bisa memotivasi.
Ketekunan
ibarat tetetasan air di atas batu besar. Tetesan air yang berlangsung
terus-menerus pada akhirnya akan bisa memecahkan batu yang besar.
·
Empat kali dua
dan dua kali empat hasilnya akan sama, yaitu sama-sama delapan. Tetapi dalam
proses belajar dua kalimat empat lebih bagus dari empat kali dua.
·
Sesuatu yang
tampaknya mustahil, pada awalnya sulit untuk dilakukan, tetapi kalau kita
mencoba dan terus mencoba, maka yang mustahil itu akan menjadi mudah dan bisa
dilakukan.
·
Dalam belajar,
salah itu biasa bagi pelajar. Yang salah adalah siswa yang tidak mau mencoba
dan takut salah.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
How Your Personality Style Affects Your Ability to Lead Introduction Our habits, behaviors, and personalities all make us distinct fr...
-
DEMOCRATIC LEADERSHIP STYLE Table of Content 1. Definition 2. Characteristic 3. Key Point 4. ...